Categories

Jumat, 05 September 2014

Danau Toba


MENGARUNGI TOBA

Mengarungi Danau Toba nan membentang luas, berpayung langit cerah membiru beriring semilir angin, kenikmatan itu terasa superlengkap oleh panorama deretan hijau perbukitan serta menjadi penyaksi sunset dari tengah danau.




Menyebut Sumatera Utara (Sumut),  hampir pasti tiada lepas dari Danau Toba. Objek wisata yang telah mengglobal ketenarannya ini merupakan andalan pariwisata Provinsi Sumut. Bersama rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), saya mendapatkan kesempatan menikmati langsung eksotisme dana vulkanik sepanjang 100 km dan lebar 30 km yang mengapit Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Toba Samosir ini.



Bertolak siang hari dari Parapat, Kapal Motor (KM) Olivia yang telah menunggu langsung mengangkut kami mengarungi Danau Toba. Langit cerah membiru dengan angin berembus sejuk mengiringi perjalanan kami. Tawaran panorama ini menggoda saya memilih duduk di depan KM Olivia, meski saya tidak bisa berenang jika harus tercebur, agar lebih leluasa menikmati keindahan alam sekitar danau.
Rangkaian keramba terlihat di pinggir danau. Sesekali kami berpapasan dengan perahu lain. Bahkan ada yang menyalip, mendahului KM Olivia yang kami tumpangi.



BUKIT BARISAN


Pemandangan kian indah ketika kedua mata saya melintasi hijaunya gugusan bukit di kedua sisi danau yang tertempa cahaya matahari. Rentetan bukit hijau penyejuk mata terus bermunculan di sisi kiri. Bukit yang satu lewat, lainnya telah menunggu. Inilah yang disebut Bukit Barisan. Bukit-bukit yang seperti berbaris itu terus menemani kami selama perjalanan.
Masih ditemani bukit-bukit hijau, langit biru, dan embusan semilir angin, makan siang di atas kapal motor yang mengarungi Danau Toba pun terasa kian nikmat.

AIR TERJUN BINANGALOM


KM Olivia terus menderu, membelah permukaan Danau Toba nan begitu luas. Bukit Barisan juga setia menemani hingga kedua mata saya tertambat ke arah gerojogan air, seperti air terjun, setelah melewati salah satu bukit. Airnya pun langsung jatuh ke Danau Toba.

Benar adanya, gerojogan itu adalah air terjun. Namanya Air Terjun Binangalom. Airnya berasal dari sungai di Desa Binangalom, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir. Nama air terjun itu diambil dari bahasa Batak, yaitu kata lom atau lum yang berarti ‘’air penyejuk hati’’. Dekat air terjun ini, benar adanya, udara terasa begitu sejuk. Hati pun serasa tenteram.
Karena KM Olivia memutuskan berhenti sejenak, kami bisa leluasa menikmati Air Terjun Binangalom dan berkesempatan mengambil foto. Di areal ini pengunjung diizinkan berenang, namun dilarang terlalu terlalu dekat air terjun mengingat arusnya begitu deras. Di sekitaran tebing dekat air terjun, burung-burung bangau beterbangan mencari ikan untuk dimangsa.
Sayang, untuk mencapai air terjun tersebut hanya bisa ditempuh dengan perahu. Menyewa sebuah kapal pun terbilang lumayan mahal. Mungkin ini yang menyebabkan Air Terjun Binangalom belum begitu banyak bisa dinikmati dari dekat yang, tentu saja, memengaruhi publikasinya oleh khalayak pengunjung.

SUNSET DI TENGAH DANAU


Matahari mulai terbenam. Kami harus kembali ke daratan. Udara terasa makin dingin. Angin berembus cukup kencang. Matahari masih menyinari sebagian bukit dengan cahaya lebih menguning. Amboi, rasanya beruntung saya bisa menikmati golden hour ini di tengah Danau Toba. Hanya beberapa menit saja momen ini berlangsung sebelum cahaya surya itu menghilang.
Langit yang membentuk seperti arus di atas Danau Toba tampak begitu cantik seiring terbenamnya matahari. Nuansa oranye begitu kuat terasa sebelum sirna seturut tenggelamnya sang surya. Benar-benar pemandangan menakjubkan selama mengarungi Danau Toba.





TEKS & FOTO: RIMAN SAPUTRA N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar