Categories

Jumat, 05 September 2014

Situ Patenggang


LEGENDA CINTA SITU PATENGGANG

Banyak pasangan kekasih tiba di Situ Patenggang, danau di kaki Gunung Patuha, Bandung Selatan, yang berudara sejuk dan berpanorama alam nan indah. Mereka berharap cintanya abadi sebagaimana kisah asmara mendalam Ki Santang (Raden Indrajaya) kepada Dewi Rengganis.



Situ Patenggang, salah satu tujuan wisata di Bandung Selatan, berada di bentang Jalan Raya Ciwidey–Rancabali, tepatnya di Desa Patengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tidak jauh dari Kawah Putih, tinggal menyusuri Jalan Raya Ciwidey ke arah utara sekitar 7 km, sampailah di danau tersebut.

Kata patenggang berasal dari Bahasa Sunda, ‘’pateangan-teangan’’ yang berarti saling mencari. Penamaan ini merujuk pada kisah cinta Ki Santang, keponakan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran, dan Dewi Rengganis, seorang putri Kerajaan Majapahit yang terpisah akibat Perang Bubat.



Menurut legenda di kalangan masyarakat setempat dan sekitarnya, air danau yang mengalir dari Sungai Cirengganis itu merupakan kumpulan air mata pasangan Ki Santang-Dewi Rengganis. Cinta yang begitu mendalam memaksa mereka saling mencari dalam keterpisahan sebelum akhirnya dipertemukan di sebuah tempat yang hingga kini berjuluk Batu Cinta.

Keduanya menangis haru. Dewi Rengganis lantas meminta Ki Santang membuatkan sebuah danau dan perahu untuk berlayar. Perahu itu kemudian menjelma menjadi sebuah pulau berbentuk hati di tengah Situ Patenggang yang bertahan hingga kini.


SITU  PATENGGANG

Hamparan perkebunan teh, pegunungan, perkebunan stroberi, dan hutan lebat menyejukkan mata saya sepanjang perjalanan menuju Situ Patenggang.  Panorama indah berpadu kenyamanan karena hawa sejuk kawasan ini.


Dari atas mulai terlihat sebuah danau cantik dikelilingi perkebunan teh. Itulah Situ Patenggang. Saya berhenti sejenak menikmati keindahan alam dari atas. Sejuk udara pegunungan berkolaborasi dengan hijau kebun dengan danau di tengahnya menjadikannya lukisan pemandangan indah tiada tepermanai. Saya kira, the best view of Situ Patenggang bisa dinikmati dari atas bukit. Tak salah bila sebelum masuk kawasan wisata Situ Patenggang saya berhenti sejenak menikmatinya.
Cukup puas, saya pun langsung menuju areal Situ Patenggang. Cukup dengan Rp 6 ribu untuk membeli tiket masuk, pengunjung bisa melihat dari dekat luasnya danau ini. Di tengah danau teronggok daratan tidak terlalu luas bernama Pulau Sasuka, tetapi sekarang lebih dikenal sebagai Pulau Asmara. Menurut warga, pulau itu sebenarnya berbentuk hati bila dilihat dari jauh bila cuaca terang. Saya belum bisa memastikan karena saat itu sulit melihatnya gamblang dari ketinggian.

Di pinggir danau, perahu-perahu berjajar siap membawa pengunjung mengarungi perairan danau menuju Pulau Asmara maupun Batu Cinta. Sewa untuk perahu ini berkisar Rp 150 ribu hingga Rp 250 ribu. Lebih enak bila menyewanya beramai-ramai agar lebih murah. Selain itu, pengunjung juga bisa rileks menikmati kecipak dingin air danau dengan mengayuh sendiri perahu angsa berharga sewa Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu.



BATU CINTA

Penasaran pada Batu Cinta, saya menyeberang. Butuh sekitar 10–15 menit untuk sampai di Pulau Asmara. Air danau begitu tenang selama perahu yang saya tumpangi melaju. Hijau pepohonan di sekeliling semakin jelas terlihat. Situ Patenggang merupakan taman wisata cagar alam, sehingga pepohonan khas Jawa Barat masih banyak didapati di sini. Kata pengayuh perahu, suara jenis primata langka Javan surili (Presbytis comata) masih sering terdengar.


Tiada lama berselang, dari kejauhan terlihat sebuah batu besar di depan sebuah pulau kecil. Pulau itu dipenuhi pengunjung. Itulah Pulau Asmara dengan Batu Cinta-nya. Legenda menyatakan batu besar dan tinggi ini adalah saksi bisu besarnya cinta Ki Santang dan Dewi Rengganis.

Banyak pasangan kekasih datang guna mengucapkan janji setia di hadapan Batu Cinta di Situ Patenggang itu. Mereka berharap cintanya abadi seperti cintanya Ki Santang kepada Dewi Rengganis.

Tidak sedikit pula pengunjung bersusah payah menaiki batu cinta, lantas mengabadikannya. Bukan cuma anak-anak, remaja dan orangtua juga antusias menaiki Batu Cinta ini. Mereka bergantian berfoto. Sangat disayangkan banyak pengunjung tidak bertanggung jawab sehingga Batu Cinta itu pun berhias cukup banyak coretan maupun goresan tulisan.

Mitos masyarakat setempat, siapa pun mengelilingi Pulau Asmara hingga melewati Batu Cinta di Situ Patenggang bersama pasangannya, cinta mereka bakal abadi. Yang belum punya pasangan segera mendapatkannya sepulang mengelilingi danau ini. Percaya atau tidak, silahkan membuktikannya sendiri.





TEKS & FOTO: RIMAN SAPUTRA N


Tidak ada komentar:

Posting Komentar