SITUS BATU BERWAJAH MANUSIA
Selain keindahan
alamnya, Pulau Samosir, Sumatera Utara juga menyimpan banyak peninggalan
peradaban masa lalu. Situs megalitikum Pagar Batu menjadi salah satunya. Di
sini terdapat batu berwajah manusia.
Sore hari, kapal mulai merapat ke sebuah dermaga. Terlihat sebuah plang
bertuliskan Dermaga Pardomuan Lottung, Kecamatan Simanindo. Saat menginjakkan
kaki di dermaga, saya bersama rombongan Kemenparekraf langsung disambut suara
gonggongan anjing. Inilah salah satu perkampungan masa lalu di Pulau Samosir
yang masih menyimpan situs megalitikum. Saat itu kami dipandu oleh Restauli Situmorang, generasi keempat dari marga Situmorang.
Rumah-rumah penduduk hanya berada di dekat dermaga, selanjutnya saya
tidak lagi melihat ada rumah sepanjang perjalanan. Sekitar 15 menit saya
menyusuri jalan setapak yang dikelilingi pepohonan rindang dan beberapa batu
besar, rasanya seperti masuk hutan. Sesekali deretan batu yang membentuk
seperti pagar terlihat dalam perjalanan. Tak lama kemudian, jajaran batu yang
tersusun menjadi tangga yang cukup curam sudah menunggu untuk dinaiki. Setelah
itu sampailah saya di situs megalitikum Pagar Batu, yang letaknya memang di
atas bukit.
Batu-batu besar yang tingginya jauh melebihi manusia tampak di tengah
pepohonan yang begitu rindang. Suasana terasa begitu dingin dan teduh. Wajah
manusia terlihat begitu jelas di beberapa buah batu. Bakurak menjadi nama batu
paling besar yang menjadi tempat disimpannya tengkorak Opputarhua Situmorang.
Pada bagian atas batu inilah salah satu bentuk wajah manusia terlihat.
Selain itu, batu-batu lain ada yang berfungsi sebagai tempat
penggilingan padi yang di atasnya terdapat tiga bentuk lesung, gua tempat
persembunyian, dan ruang persidangan. Nah, ada yang unik di bebatuan
persidangan ini. Empat wajah yang begitu jelas muncul di setiap sisi batu.
Menurut Restauli, perkampungan ini sudah ada sejak 1800-an dan saat itu opungnya membangun sebuah
perkampungan Batak. Ia juga sempat menjelaskan kalau di dekat pintu masuk
terdapat sebuah batu besar bulat dan di dalamnya terlihat seperti bak yang
konon dijadikan sebagai tempat pencucian kaki bagi tamu yang masuk. Jika ada
yang berniat jahat seperti mencuri atau memperkosa akan ketahuan karena
perutnya akan membesar.
Namun sangat disayangkan, saat ini situs Pagar Batu seperti diabaikan.
Katanya pada 1970-an beberapa keluarga yang tinggal di sini
turun meninggalkan tempat sakral ini karena sulit untuk mendapat air dan susah
membawa hasil bumi dari bawah.
Setelah cukup puas berkeliling, kami pun harus segera pulang karena hari
mulai gelap. Jalan yang ditempuh berbeda dengan jalan saat berangkat. Saya
diperlihatkan ada batu yang sangat besar dengan tinggi hampir 15 meter. Awalnya
saya tidak menyadari kalau ada benteng pertahanan di sekeliling kampung. Saking
besarnya batu ini, saya pun tidak bisa memotretnya keseluruhan.
Setelah itu saya benar-benar blusukan
di hutan. Jalan setapak yang agak sulit dilewati, selain curam, jalannya ini
cukup licin. Sesekali memang harus memegangi batang-batang pohon supaya tidak
terjatuh. Tapi benar-benar menjadi pengalaman yang menarik. Nah buat pecinta
wisata budaya dan yang suka trekking,
situs megalitikum Pagar Batu bisa menambahkan daftar destinasi wisata selanjutnya.
Teks & foto: Riman Saputra N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar