Categories

Senin, 31 Agustus 2015

Two Cents Coffeeshop

MENGGARAP KOPI LEBIH SERIUS

Hujan rintik-rintik yang membasahi kota Bandung sangat pas bila diisi dengan menengguk secangkir kopi hangat. Mengingat pesatnya industri kopi di Indonesia, membuat saya sedikit berharap dapatkan sebuah coffeeshop dengan kopi yang sedikit serius di Kota Kembang ini. Pilihan jatuh pada Two Cents Coffeeshop yang berlokasi di kawasan Jalan Riau.
Dari luar layaknya coffeeshop yang banyak beredar saat ini. Konsep yang kuat ditunjang dengan atmosfir yang hangat. Pun begitu kala memasuki coffeeshop-nya, akses internet yang cepat dengan pencahayaan terang, lazimnya coffeeshop pada umumnya. Namun yang berbeda adalah penempatan beberapa karung kopi dan etalase pemisah antar ruang yang diisi oleh barang antik yang mengesankan suasana industrial zaman dulu.
Konsep boleh menonjol dan tampil beda, namun sekali lagi, orang datang ke sebuah coffeeshop untuk secangkir kopi nikmat. Apalah arti kemasan konsep namun mengesampingkan rasa, dan cara awal saya menilai serius atau tidaknya sebuah coffeeshop adalah dengan menanyakan dari mana dan bagaimana karakter rasa kopi tersebut. Dasar berpikirnya sangat sederhana, kopi beragam karakter dan barista harus paham dengan keunggulan karakternya. Tanpa pemahaman mendalam, mustahil rasa yang dihasilkan bisa maksimal.
Pertanyaan saya tertuju pada Bagus Firman, Supervisor Two Cents Coffeeshop. Ia menjelaskan cukup rinci tentang kopi yang digunakan. “Two Cents menggunakan semua kopi dari Jawa Barat, seperti Garut, Ciwidey dan Pengalengan. Kami mendapatkan dari petani langsung dan juga memiliki roaster khusus untuk semua biji kopi ini,”  jelas Bagus.
Penjelasan singkat dari Bagus, sudah cukup menjelaskan tentang bagaimana kesegaran biji kopi yang digunakan. Secangkir espresso langsung saya pesan untuk membuka ritual minum kopi disini. Menyusul kemudian cappucinno panas. Di tangan barista handal, baik itu espresso maupun cappuccino terasa maksimal baik itu dari rasa, aroma hingga after taste-nya.

Puas menikmati aneka varian espresso base, rasa penasaran meninggi hingga ke semua lini produk Two Cents. Saya memilih Cafe Cinnamon Mapletini yang menggunakan kopi dengan teknik cold brew sebagai dasarnya. Cold Brew yang menggunakan kopi robusta dicampur sirup maple kemudian disempurnakan dengan pemberian cinnamon sugar di “bibir” gelasnya. Rasanya menarik dengan manis yang sedikit dominan.
Tidak hanya di kopi, saya akhirnya memesan satu menu makanan yang menjadi favorit yakni, Truffle Croque Madame. Menggunakan roti ciabatta, isiannya menggunakan grilled ham dan diberi topping cheese sandwich, gooey cheese, dan truffle oil kemudian ditutup dengan telur mata sapi. Kombinasinya cukup untuk menghilangkan rasa lapar dengan rasa gurih dan renyahnya roti yang digunakan.
Two Cents Coffeeshop adalah bukti, dengan kopi lokal Jawa Barat dan barista yang handal mampu memberi kualitas rasa yang mantap.

Two Cents
Jl. Cimanuk 2
Bandung




Teks: Dody Wiraseto, Foto: Riman Saputra

Baywalk

AIR BERJOGET DI BAYWALK

Alunan musik mulai terdengar. Deretan air mancur pun menampakkan pesonanya mengikuti iringan musik. Pemandangan cantik ini semakin lengkap dengan warna-warni lampu yang berpadu dengan air mancur.

Mendengar kata mall pastilah akan merujuk pada tempat shopping. Namun di Jakarta Utara ada mall yang menawarkan suasana yang berbeda. Baywalk Mall yang berada di kawasan Apartemen Green Bay Pluit memberikan nuansa baru dengan lokasinya yang berada di tepi laut. Mall ini memiliki ruang terbuka ‘The Garden’ seluas tiga hektar dan ‘The Waterfront’. Rasanya seperti berada di kapal pesiar dengan  sensasi pemandangan lautnya.
Saat itu saya sengaja mengunjungi Baywalk karena ada pertunjukan air mancurnya yang berwarna-warni. Atraksi ini hanya diadakan pada malam hari di hari libur, Sabtu, dan Minggu. Show pertama dimulai pada pukul enam dan dilakukan setiap jamnya hingga terakhir pada pukul sembilan.

AIR MANCUR

Sebelum jam enam, saya sudah nongkrong di area tempat air mancur. Saat itu sedang ada B.Duck sebagai bintang utamanya dengan ukurannya yang sangat besar. Para pengunjung pun tampak eksis bersama B.Duck maupun dengan hiasan-hiasan lainnya menggunakan handphone maupun kamera. Selain itu ada juga yang ber-narsis ria dengan background laut.
Menjelang pukul enam, pengunjung Baywalk mulai memenuhi tribun tempat duduk yang telah disediakan dan para petugas mulai meng-clear-kan area. Ternyata banyak juga yang memang menantikan pertunjukan ini. Tak lama kemudian, musik pun mulai dimainkan. Dari lubang-lubang kecil yang berjajar beberapa meter mulai mengeluarkan air dibarengi lampu sorot warna-warni yang mengelilingi tiap lubangnya.  Ada sekitar 34 buah lubang yang menjadi tempat menyembutnya air. Air mancur pun mulai menari-nari mengikuti irama lagu. Ada sekitar tiga atau empat lagu yang dimainkan. Sekali pertunjukan ini memakan waktu sekitar lima belas menit.
Namun sayang sekali, menurut saya pertunjukan yang diadakan pukul enam ini kurang maksimal karena langit masih cukup terang. Warna-warna yang ditampilkan pun jadi kurang begitu jelas. Jadi saya pun menunggu pertunjukan selanjutnya pukul tujuh.

WARNA-WARNI DI MALAM HARI
Hari pun semakin gelap. Cahaya-cahaya lampu terlihat semakin terang dan cantik dengan warna-warna cerah. Pengunjung pun sudah mulai kembali memadati tribun penonton. Area sudah di-clear-kan kembali oleh para petugas. Para penonton pun sudah menyiapkan kamera dan smartphone mereka untuk mengabadikan pertunjukan air mancur. Anak-anak dan orang tua pun tampak antusias menantikan air mancur yang ‘berjoget’ ini.
Dan musik pun kembali dimainkan. Air mancur menyembur dibarengi lampu sorot warna-warni. Sambil diiringi lantunan musik, air mancur ini menari-nari dengan indahnya. Kadang menyembur sama tinggi, kadang hanya sebagian saja yang menyembur, kadang tingginya berbeda-beda, tergantung tempo musik yang dimainkan.
Walaupun musik yang dimainkan sama persis dengan yang diputar di pertunjukan pukul enam tadi, namun suasananya begitu berbeda. Gelapnya langit malam membuat pancaran warna lampu sorot yang mengenai air mancur begitu nyata. Merah, kuning, hijau, dan ungu saling bergantian memeriahkan pertunjukan ini.
Keindahan ini membuat para pengunjung kembali bergegas mengeluarkan handphone maupun kamera untuk meng-capture moment ini. Banyak juga yang segera berpose di depan air mancur untuk berfoto. Kecantikan air mancur ini semakin lengkap dengan hiasan lain yang disertai lampu-lampu yang gemerlap serta hembusan angin tepi pantai.






Teks & Foto: Riman Saputra N

Lemongrass

KENIKMATAN MODERN KLASIK

Paduan menu tradisional kopitiam yang kaya rasa dan beragam menu dim sum dikemas dalam kesatuan resto modern. Selain itu, suasana yang begitu homey layaknya rumah nenek dengan sajian alam di halamannya, menjadikan Lemongrass sebagai destinasi kuliner yang wajib dikunjungi di Kota Bogor.
Interior yang begitu menawan menjadi salah satu alasan saya mengunjungi Lemongrass, resto pertama di Bogor yang mengusung konsep “modern kopitiam and resto”. Dari luar, resto yang resmi dibuka pada 9 Februari 2015 ini sudah memperlihatkan keunikannya, ditambah jalan masuk seperti lorong nan cantik bernuansa alam. Saat memasuki area resto yang luasnya mencapai lebih dari 1000 meter persegi, waitress pun menyambut saya dengan ramah. Terlihat juga dua sisi menarik yang ditawarkan Lemongrass, suasana hangatnya ruangan klasik layaknya rumah nenek dan segarnya udara outdoor dengan hijaunya tanaman di sekitarnya.
Resto ini dipadati pengunjung dengan beragam usia, mulai dari remaja hingga keluarga. Bagian indoor didominasi keluarga dan orang tua, sedangkan area outdoor didominasi remaja. Untuk menikmati santapan di Lemongrass ini, saya memilih tempat di lantai dua, salah satu spot yang bisa dibilang dapat merasakan suasana indoor maupun outdoor-nya.
Sambil menanti datangnya pesanan, saya pun berkeliling sejenak. Tepat di samping saya terlihat lukisan burung yang begitu menawan. Selain itu ada juga tiga sangkar burung berisi lampu-lampu cantik menggantung dengan indahnya. Paduan nuansa kopitiam, klasik, rumah nenek, dan modern benar-benar tersaji di Lemongrass. Suasana yang membuat saya betah untuk berlama-lama disini. Rooftop-nya pun tak kalah menarik dengan bagian dalam, pemandangan pegunungan yang memesona dengan hijaunya dedaunan tersaji disini.
Di bawah, sajian open kitchen tampak begitu menarik dengan dekorasi cantik lengkap dengan ornamen-ornamennya seperti keranjang hingga buah-buahan. Saya bisa melihat proses pembuatan makanan secara langsung. Bersebelahan dengan itu, ada backyard layaknya kebun yang memberikan suasana fresh.
Tak lama kemudian, Lumpia Udang Kulit Tahu dan Dim Sum Hakau tersaji membuka santap saya di resto yang buka pada pukul 10.00-22.00 setiap harinya ini. Kulit tahu yang membalut lumpia terasa begitu renyah dan semakin nikmat begitu udangnya tergigit. Sementara itu dim sum yang menjadi salah satu spesial resto ini terasa berbeda karena penyajiannya benar-benar fresh, tidak melalui fozen terlebih dahulu.
Untuk santapan utama, saya mencoba Laksa Singapur dan Nasi Lemak yang juga merupakan salah satu menu favorit di resto yang menggunakan bahan local dalam setiap makanannya ini. Laksa Singapur yang terdiri dari mie, tahu, telur, udang, ayam, scallop, dan toge ini benar-benar terasa gurih di mulut. Sementara itu Nasi Lemak yang terdiri dari nasi, ayam kari, telur, teri, kacang, dan sambal ini akan terasa pas bagi yang memilih nasi untuk santapan utamanya.
Ada satu menu yang unik dan membuat saya pun tertarik untuk mencicipinya, Roti Tissue. Bentuk kerucutnya setinggi kurang lebih 40 cm ini benar-benar membuat penasaran. Saya mencoba Roti Tissue Original yang hanya dilumuri susu kental manis. Selain itu ada juga variasi lain yang menambahkan cokelat dan keju. Cara makannya yang “dipotek” membuatnya akan lebih seru jika dinikmati beramai-ramai. Namun hati-hati jika terkena hembusan angin cukup kencang, Roti Tissue ini bisa roboh. Inilah salah satu menu yang wajib dicoba jika berkunjung ke Lemongrass.
Terakhir, minumannya saya memesan Homemade Watermelon Lemonade dan Jus Kedondong. Rasa yang cukup unik, yakni paduan asam, asin, dan sedikit manis dimiliki Jus Kedondong. Kesegarannya menutup petualangan saya di Lemongrass.
Masih banyak variasi menu makanan dan minuman di Lemongrass, mulai dari menu sarapan hingga makan malam akan memberikan pengalaman kuliner menarik. Sebut saja diantaranya “Lemongrass” Toast, Tuna Mayo, Pangsit Goreng Mayonaise, Chiken Wings, Siomay, Kaki Ayam, Mie Hongkong Style, Kwetiau Penang, Mie Goreng Thailand, Mie Ayam, Nasi Hainam, Nasi Goreng Yang Chow, Ikan Dori Saus “Lemongrass”, Ayam Tumis Kacang Mede, Kangkung Belacan,  Ice Kopi O Hazelnut, Es Chendol, dan masih banyak menu lainnya. Lemongrass juga bisa dibilang sebagai resto ‘whole package’ resto, artinya semua umur bisa menikmati serta merasa nyaman dengan resto ini dari mulai suasana, menu makanan, dan harga yang ramah di kantong.

LEMONGRASS
Jl. Pajajaran 21 Bogor
T: (0251) 8328800









Teks & Foto: Riman Saputra N

Indonesia Fashion Week 2015 - Albert Yanuar


ALGARRY BY ALBERT YANUAR
PADUAN MOTIF PORSELEN TIONGKOK & MEGA MENDUNG

Porselen memang memiliki tampilan yang indah dengan detil ukiran-ukiran nan cantik. Namun dibalik keindahannya, porselen mudah rapuh atau pecah. Berbeda dengan yang ditampilkan Albert Yanuar, motif porselen yang indah tersebut dituangkannya dalam koleksi terbarunya yang anggun, indah, klasi, dan powerful, serta memberi kesan yang tidak hanya cantik pada seorang wanita, tetapi juga berani.
Chinoize menjadi tema yang diangkat Albert Yanuar pada koleksi pre-fall terbarunya dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 dalam rangkaian Fearless in Details. Chinoize sendiri terinspirasi dari kata chinoiserie yang merupakan gaya ornamentasi abad ke-18 di Eropa. Chinoiserie ditandai dengan penggambaran fantastis dari citra Tiongkok dan mengacu pada campuran elemen gaya Timur dan Barat dalam hal dekorasi serta bentuk.
Terinspirasi dari hal tersebut, Albert yanuar lebih menonjolkan pada penggunaan pola yang rumit dan detil pada koleksinya ini. Motif yang lebih luas dipadukan dengan siluet sederhana sehingga lebih menarik di mata kaum hawa. Sebagian besar motif dilukis secara handmade yang kemudian dicetak digital, sehingga nuansa otentik begitu terasa pada setiap busananya. Tidak hanya mengambil motif porselen Tiongkok saja, beberapa motif sengaja dibuat menyerupai Mega Mendung, motif batik khas Cirebon.
“Ada tiga unsur yang saya tampilkan di koleksi ini, yaitu motif porselen Tiongkok, motif Maga Mendung, dan east meet west,” ungkap Albert. Motif Mega Mendung dipilihnya karena mudah dipadukan dengan motif lain. Di matanya, motif ini sesuai dengan nafas desain modernnya.
Dari perpaduan tersebut, lahirlah suguhan koleksi gaun panjang dan cocktail nan elektrik. Paduan motif porselen dan Mega Mendung menciptakan kesan romantic dan feminine. Renda dan bordir cantik tampak menghiasi beberapa gaun koleksi ini yang menjadikannya begitu anggun. Biru royal yang dikombinasikan dengan putih mendominasi warna busana koleksi pre-fall ini. Warna ini merefleksikan porselen dengan nuansa elegan. Pemakaian bahan seperti duchess dan tile dipilih untuk menyempurnakan busana-busana Albert Yanuar kali ini.
Pada koleksi ini juga, Albert menyuguhkan salah satu kekuatan dan ciri khas desainnya yaitu satu potong busana yang dapat berubah fungsi, misalnya rok yang dapat berubah menjadi atasan. Seperti yang ditampilkan Paula Verhoeven saat menutup show dengan moment yang sangat berkesan. Awalnya ia berjalan lembut bak seorang putri berbalutkan tube dress berpotongan A-line yang secara mengejutkan “melepas” bagian rok dan bertransformasi menjadi cape vest. Ia pun kembali berjalan dengan “sayap barunya” menjadi perempuan modern yang penuh percaya diri. Itulah salah satu pesona seorang perempuan modern masa kini.
“Saya sangat puas karena koleksi ini mengakomodasi keidealisan saya sebagai seorang desainer, sekaligus memenuhi kemauan pasar,” tutur Albert.

Teks & Foto: Riman Saputra N