Categories

Selasa, 06 Januari 2015

Curug Orok

PESONA DI BALIK KISAH TRAGIS

Curug yang berlokasi persis di belakang Gunung Papandayan menyimpan pemandangan alam yang memukau dibalik kisah tragis akan penamaannya.

Garut memang kaya dengan pesona alamnya, salah satunya adalah Curug Orok yang juga menjadi tujuan saya kali ini.Curug ini merupakan salah satu air terjun yang aksesnya mudah. Saya berangkat dari pusat kota Garut melalui Jalan Raya Bayongbong hingga tiba di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang. Sekitar 35 kilometer jarak yang harus ditempuh untuk bisa sampai kesini.
Kebun teh menjadi salah satu pemandangan yang bisa dinikmati di perjalanan. Nah kalau sudah bertemu kebun teh ini tandanya sudah dekat dengan lokasi curug. Tak lama kemudian papan penunjuk lokasi Curug Orok terlihat di sebelah kiri jalan. Dari sini tinggal sekitar 300 meter lagi untuk tiba di parkiran, tapi jangan lupa harus bayar tiket masuk 10 ribu rupiah per orang.
Sekarang tinggal kaki yang berolahraga untuk menuruni puluhan anak tangga.Suara gemuruh air yang tercurah dari ketinggian sudah terdengar saat saya masih berada di atas.Samar-samar air terjunnya pun dapat terlihat yang tentunya membuat saya semakin semangat untuk menuruni anak-anak tangga. Saat itu hujan turun rintik-rintik yang membuat trek agak licin sehingga harus ekstra hati-hati.

AIR YANG MENYEJUKKAN
Sebelum mencapai dasar, sebuah papan bertuliskan ‘Hirup ku Alloh, Hurip ku Cai’ telah menyambut.Tulisan yang artinya ‘Tuhan yang memberikan hidup, air yang menjadikan hidup makmur’ ini mengingatkan kita untuk melestarikan alam.
Curug Orok berada di sebuah lembah. Semakin dekat terasa semakin dingin namun sejuk ditambah cipratan-cipratan kecil dari air yang jatuh dari ketinggian sekitar 45 meter. Namun dinginnya udara dapat terkalahkan oleh keindahan Curug Orok ini. Beberapa air terjun kecil mengalir dari sela-sela tebing yang mempercantik keindahan air terjun utamanya.
Airnya masih jernih dan menyegarkan ditambah bebatuan besar menjadikannya begitu cantik. Di tepiannya ada beberapa gazebo untuk beristirahat. Tebing sekitarnya tampak menyejukkan mata dengan rimbunnya pepohonan yang tumbuh subur. Keindahan ini bisa membuat mata tak bisa terpejam dan menentramkan hati.

KISAH TRAGIS
Di balik keindahan curug ini ternyata tersimpan kisah yang cukup suram tentang penamaannya. Nama ‘orok’ merupakan bahasa Sunda yang dalam bahasa Indonesia berarti bayi. Konon dulu pernah terjadi peristiwa dimana seorang gadis membuang bayinya dari puncak air terjun pada tahun 1968. Katanya gadis ini hamil sebelum menikah. Setelah ditemukannya bayi alias orok, curug ini akhirnya diberi nama Curug Orok.
Menurut penduduk setempat, dulu tempat ini angker, penuh ririwa atau hantu sehingga jarang sekali orang mau datang ke tempat ini. Kalau malam katanya sering terdengar tangisan bayi. Namun seiring dibukanya areal pertanian dan wisata, kini banyak dikunjungi orang. Tapi nama hanyalah nama, keindahannya sangat bertolak belakang dengan peristiwa tersebut.
Setelah puas menikmati indahnya pemandangan, saya kembali menaiki puluhan anak tangga untuk kembali ke atas. Di atas tersedia juga tempat beristirahat serta warung untuk ngopi-ngopi atau menikmati hangatnya Indomie. Kalau masih ada waktu luang, bisa juga bermain-main dahulu di kebun teh.




Teks & Foto: Riman Saputra N


Tidak ada komentar:

Posting Komentar