PESONA DI BALIK KISAH TRAGIS
Curug yang
berlokasi persis di belakang Gunung Papandayan menyimpan pemandangan alam yang
memukau dibalik kisah tragis akan penamaannya.
Garut memang kaya dengan pesona
alamnya, salah satunya adalah Curug Orok yang juga menjadi tujuan saya kali
ini.Curug ini merupakan salah satu air terjun yang aksesnya mudah. Saya
berangkat dari pusat kota Garut melalui Jalan Raya Bayongbong hingga tiba di
Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang. Sekitar 35 kilometer jarak yang harus ditempuh untuk bisa sampai kesini.
Kebun teh menjadi salah satu
pemandangan yang bisa dinikmati di perjalanan. Nah kalau
sudah bertemu kebun teh ini tandanya sudah dekat dengan lokasi curug. Tak lama kemudian papan penunjuk lokasi Curug Orok terlihat di sebelah
kiri jalan. Dari sini tinggal sekitar 300 meter lagi untuk tiba di parkiran,
tapi jangan lupa harus bayar tiket masuk 10 ribu rupiah per orang.
Sekarang tinggal kaki yang
berolahraga untuk menuruni puluhan anak tangga.Suara gemuruh air yang tercurah dari
ketinggian sudah terdengar saat saya masih berada di atas.Samar-samar air
terjunnya pun dapat terlihat yang tentunya membuat saya semakin semangat untuk
menuruni anak-anak tangga. Saat itu hujan turun
rintik-rintik yang membuat trek agak licin sehingga harus ekstra hati-hati.
AIR YANG MENYEJUKKAN
Sebelum mencapai dasar, sebuah
papan bertuliskan ‘Hirup ku Alloh, Hurip ku Cai’ telah menyambut.Tulisan yang
artinya ‘Tuhan yang memberikan hidup, air yang menjadikan hidup makmur’ ini
mengingatkan kita untuk melestarikan alam.
Curug
Orok berada di sebuah lembah. Semakin dekat terasa semakin dingin namun sejuk ditambah
cipratan-cipratan kecil dari air yang jatuh dari ketinggian sekitar 45 meter.
Namun dinginnya udara dapat terkalahkan oleh keindahan Curug Orok ini. Beberapa air terjun kecil mengalir dari sela-sela tebing yang
mempercantik keindahan air terjun utamanya.
Airnya
masih jernih dan menyegarkan ditambah bebatuan besar menjadikannya begitu
cantik. Di tepiannya ada beberapa gazebo untuk beristirahat. Tebing sekitarnya
tampak menyejukkan mata dengan rimbunnya pepohonan yang tumbuh subur. Keindahan
ini bisa membuat mata tak bisa terpejam dan menentramkan hati.
KISAH TRAGIS
Di
balik keindahan curug ini ternyata tersimpan kisah yang cukup suram tentang
penamaannya. Nama ‘orok’ merupakan bahasa Sunda yang dalam bahasa Indonesia
berarti bayi. Konon dulu pernah terjadi peristiwa dimana seorang gadis membuang
bayinya dari puncak air terjun pada tahun 1968. Katanya gadis ini hamil sebelum
menikah. Setelah ditemukannya bayi alias orok, curug ini akhirnya diberi nama Curug Orok.
Menurut
penduduk setempat, dulu tempat ini angker, penuh ririwa atau hantu sehingga
jarang sekali orang mau datang ke tempat
ini. Kalau malam katanya sering terdengar tangisan bayi. Namun seiring
dibukanya areal pertanian dan wisata, kini banyak dikunjungi orang. Tapi nama
hanyalah nama, keindahannya sangat bertolak belakang dengan peristiwa tersebut.
Setelah
puas menikmati indahnya pemandangan, saya kembali menaiki puluhan anak tangga
untuk kembali ke atas. Di atas tersedia juga tempat beristirahat serta warung
untuk ngopi-ngopi atau menikmati hangatnya Indomie. Kalau masih ada waktu
luang, bisa juga bermain-main dahulu di kebun teh.
Teks & Foto: Riman Saputra N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar