TIMBELNA
URANG BANDUNG
Nasi timbel merupakan salah satu
makanan Sunda yang populer dengan penyajian tradisional. Di Bandung, penjual
nasi timbel sudah tak terhitung lagi, namun nama Timbel Bawean tetap menjadi
yang favorit.
Setelah jalan-jalan di Kota
Bandung sejak pagi hari, saya memutuskan untuk santap siang di Timbel Bawean
yang sudah berjualan sejak 1985. Patokan yang saya ambil adalah Stadion
Siliwangi karena Jalan Bawean terletak di seberangnya. Kalau yang pernah beli
oleh-oleh di took kue Bawean, nah Timbel Bawean ada di seberangnya, tepatnya
Jalan Bawean Pav 3. Sebuah gerobak mangkal di depan warung sederhana. Gerobak
inilah yang digunakan untuk berjualan pertama kali.
Saat itu saya ikut mengantri
mengingat waktunya makan siang sehingga warung dipenuhi pembeli. Di bagian
paling depan saya disambut dua pilihan nasi yang dibungkus daun, yaitu nasi
merah dan nasi putih. Saya mengambil nasi merah karena tidak setiap hari bisa
makan nasi merah. Selanjutnya jajaran lauk telah menanti untuk dipilih di
gerobak yang agak besar, mulai dari ayam goreng, ikan goreng, pepes peda, pepes
ikan mas, pepes ayam, pepes usus, tumis usus, ikan asin, karedok leunca, ati
ampela, tahu, tempe, gepuk, sayur asem, dan tentunya ada sambel serta lalapan.
Ayam, ikan, tahu, tempenya digoreng dadakan sesuai pesanan dan lauk lain yang
sudah dingin bisa digoreng lagi atau dihangatkan.
Sistem penjualan di warung yang
buka setiap hari mulai jam tujuh pagi sampai jam empat sore ini seperti
swalayan alias self service. Jadi setelah
mengambil nasi beserta lauk pauknya, saya membawanya ke kasir untuk membayar. Dan
bisa dibilang harga makanan disini cocok buat kantong dengan kisaran 15-25 ribu
saja. Tapi tetap bagaimana banyaknya lauk yang dipilih. Untuk teh-nya gratis
namun tidak dengan aneka jus yang harus dibeli. Selanjutnya tinggal mencari
tempat duduk yang pas deh untuk menyantap makan siang.
Begitu timbel dibuka, nasinya
panas pulen dan padat serta mengeluarkan aroma harum dari daun pisang yang
benar-benar menggugah selera makan. Bumbu-bumbu yang digunakan pun terasa lezat
dan gurih sesuai ciri makanan Sunda ditambah sambal yang bikin lidah bergoyang.
Pokona mah mantep weh lah, Sunda pisan
euy.
Teks & foto: Riman Saputra N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar