TEMPAT PEMANDIAN
SULTAN
Perpaduan
arsitektur klasik yang indah dan megah dengan segarnya air kolam menjadikan
pemandangan situs Taman Sari begitu memesona. Umbul Pasiraman menjadi salah
satu yang menarik di Istana Air Taman Sari.
Kota
Yogyakarta sarat nilai budaya Jawa yang salah satunya terlihat dari gaya
arsitektur keraton. Namun selain keraton, masih ada bangunan lain yang
berarsitektur unik, yaitu Taman Sari. Komplek sistematis ini banyak menonjolkan
wisata airnya dengan tampilan gaya dan seni yang cantik. Istana Air Taman Sari
menjadi salah satu bangunan dengan nilai artistik nan unik yang masih terjaga
dengan baik hingga sekarang. Dan yang paling dikenal di Istana Air ini adalah
Umbul Pasiraman, taman pemandian Sultan beserta keluarganya.
Becak
menjadi sarana transportasi yang saya gunakan untuk mencapai tempat pemandian
Sultan. Pengayuh becak membawa saya lewat Jalan Kadipaten kemudian masuk ke
jalanan sempit dan berhenti di batik painting
Suhardi yang juga berada di kawasan Tamansari. Setelah menikmati beberapa
lukisan batik, kemudian saya diantar pengayuh becak menuju Istana Air dengan
berjalan kaki karena jaraknya cukup dekat.
Begitu
tiba di pintu masuk, pengaruh Hindu, Budha, Jawa, Islam, dan gaya Eropa terlihat
jelas pada arsitektur bangunan yang memiliki luas lebih dari 10 hektar. Inilah
Gapura Panggung yang menjadi pintu masuk Istana Air. Stilasi sulur-sulur
tanaman, burung, ekor dan sayap burung garuda menghiasi sebagian besar
bangunannya. Di sebelah timur gapura ini ada Gedhong Temanten yang dulunya
sebagai tempat penjagaan. Nah, untuk masuk ke tempat wisata yang berada di
Jalan Taman ini dikenakan tiket masuk Rp. 5.000 per orang dan kalau ingin menyewa tour guide dikenakan biaya tambahan Rp.
25.000.
Setelah
itu saya melangkahkan kaki masuk ke istana yang dibangun pada 1758-1769 oleh
Raja Mataram (Jogja), Sultan Hamengkubuwono I. Langkah kaki membawa saya menapaki beberapa anak tangga yang terdapat di Gapura Panggung. Sesaat saya berhenti sejenak untuk menikmati keindahan Istana Air dari atas. Namun
tempat pemandiannya tidak begitu terlihat karena tertutup layer-layer gapura nan
artistik berjajar hingga paling belakang. Ukiran ornamen pada setiap dindingnya
pun begitu detail saat dilihat dari dekat.
Setelah
itu saya melewati halaman yang cukup lapang dengan deretan pot bunga raksasa
dan empat buah bangunan serupa yang disebut Gedhong Sekawan. Selanjutnya
gemericik air pun langsung menyambut. Airnya begitu jernih dengan tembok-tembok
kokoh berwarna krem mengelilinginya. Area inilah yang dinamakan Umbul Pasiraman, taman pemandian Sultan
beserta keluarganya di komplek Taman Sari.
Cuaca yang
panas seakan tidak terasa saat melihat jernihnya air di kolam yang menyegarkan dan menyejukan mata. Ditambah
airnya yang terlihat biru muda yang fresh.
Rasanya enak jika berendam disini. Namun hal itu tidak diperbolehkan karena
Istana Air Taman Sari merupakan bangunan cagar budaya.
Taman
pemandian ini terbagi menjadi tiga kolam yang semuanya dihiasi air mancur
berbentuk jamur. Di sekelilingnya hiasan berupa pot-pot bunga besar menambah
cantik tempat ini. Kolam yang pertama disebut Umbul Muncar yang dibatasi jalan
mirip dermaga dengan kolam kedua di selatannya, Blumbang Kuras. Di selatan
Blumbang Kuras terdapat bangunan dengan menara di tengahnya yang konon
digunakan Sultan untuk melihat istri dan putrinya yang sedang mandi. Kolam yang
ketiga disebut Umbul Binangun yang berada di selatan menara. Kolam pemandian
ini khusus digunakan Sultan dan Permaisurinya saja.
Setelah menikmati
segarnya kolam-kolam, saya melanjutkan ke area terakhir yaitu Gedhong Gapura
Hageng. Gapura berukuran besar dengan detail ornamen bunga dan sayap burung ini
memiliki halaman yang cukup lapang. Dahulu disinilah pintu masuk serta tempat kedatangan Sultan dan keluarganya
dengan menaiki kereta kencana. Inilah spot terakhir sebelum meninggalkan Istana
Air untuk kembali berkeliling ke tempat-tempat wisata unik lain di sekitarnya.
Teks & Foto: Riman Saputra
Permisi, izin ambil foto2nya utk keperluan prototyping Tamansari guidebook for tourism ya. Terima kasih
BalasHapus