WARISAN
AGUNG PERADABAN HINDU
Lima meter lebih tinggi
ketimbang Candi Borobudur, Prambanan merupakan candi mahakarya warisan
kebudayaan Hindu di tanah Jawa. Berdiri sangat kokoh dan aggun merepresentasi
keagungan peradabannya.
Jika Anda kali pertama, bahkan sering ke Yogyakarta namun
belum pernah mengunjunginya, cobalah meluangkan waktu. Sepertinya tidak lengkap
ke Yogyakarta bila tidak mengunjungi Candi Prambanan.
Kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia, bahkan di Asia
Tenggara, itu dibangun sekitar abad ke-9, tepatnya pada masa pemerintahan Rakai
Pikatan dan Rakai Balitung. Dikenal juga dengan Candi Roro Jonggrang, letaknya
sekitar 17 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta.
Ditetapkan UNESCO sebagai cagar budaya dunia (World Wonder Heritage) pada 1991, menuju
Candi Prambanan yang setinggi 47 meter itu bisa ditempuh dengan mobil pribadi
maupun angkutan umum. Dari pusat Kota Yogyakarta butuh waktu sekitar satu jam
menuju kompleks candi seluas 39,8 hektar.
Untuk memasuki areal candi yang, menurut legenda, dibangun Bandung
Bondowoso guna memenuhi permintaan Roro Jonggrang ini, setiap pengunjung wajib
membayar Rp 30 ribu. Sebelum masuk, saya yang bercelana pendek dipinjami kain
batik untuk saya pakai. Harap tahu, untuk masuk candi tidak boleh memakai
celana atau rok pendek.
Di areal kompleks candi, terlihat reruntuhan berupa bebatuan
besar mengelilinginya. Saat saya berkunjung Kompleks Candi Prambanan masih dalam
proses renovasi menyusul kerusakan di beberapa bagian akibat gempa dahsyat yang
melanda Yogyakarta pada 2006 silam. Namun, dari kejauhan candi-candi utama
tampak tetap berdiri kokoh.
CANDI DAN ARCA
Terdapat tiga candi utama berukuran lebih besar dibanding
candi-candi lainnya. Tiga candi utama itu adalah Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa.
Ketiganya menggambarkan struktur dan inti kepercayaan dalam Hindu yang disebut
Trimurti. Candi-candi pendamping berada di sekitarnya.
Setelah berjalan menapaki tangga, saya memasuki beberapa candi.
Dalam bangunan tertinggi, Candi Siwa, terdapat empat ruangan. Di salah satu
ruangan bertengger Arca Durga (istri Siwa) yang disebut-sebut sebagai Arca Roro
Jonggrang. Menurut legenda, inilah arca keseribu yang dibuat Bandung Bondowoso dari
sosok Roro Jonggrang setelah ia merasa dicurangi perempuan itu.
Di tiga ruangan lain masing-masing terdapat Arca Siwa,
Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Sayang, saat itu saya berkesempatan
melihat hanya Arca Roro Jonggrang karena masih berlangsung pemugaran di tiga
ruangan itu.
Sementara di ruangan Candi Wisnu, terletak di sebelah utara
Candi Siwa, terdapat Arca Wisnu. Begitu pun Arca Brahma di ruangan Candi Brahma.
Di candi yang lain, seperti dalam Candi Garuda, terdapat arca manusia setengah
burung yang dikenal dengan Garuda, arca kerbau bertanduk satu, serta Arca Dewa
Candra di dalam Candi Nandi.
RELIEF
Selain arca, Prambanan juga memiliki relief di dinding candi
yang wajib dilihat. Yang paling menarik tentu relief utamanya yang
menggambarkan kisah Ramayana. Juga ada relief pohon kalpataru mengapit singa.
Dalam Hindu, kalpataru adalah pohon kehidupan, kelestarian, serta keserasian.
Jika cermat, ada juga relief burung yang tampak nyata dan natural.
Menurut para biolog, salah satu burung pada relief tersebut adalah kakatua
jambul kuning yang hanya bisa ditemui di Masakambing, pulau di tengah Laut Jawa.
Di Kompleks Candi Prambanan juga terdapat museum yang
menjelaskan seluk-beluk Candi Prambanan. Audio-visual tentang sejarah ditemukannya
candi ini hingga proses pemugarannya bisa disaksikan di museum ini.
Capek dan ingin
beristirahat di tengah atau usai berkeliling kompleks, tak usah khawatir.
Banyak pedagang penjual menjual makanan dan minuman, bahkan baju, aneka
cindermata, hingga bebatuan.
Waktu-waktu tertentu pada malam hari, terdapat pula
pementasan Sendratari Ramayana yang menerjemahkan kisah dari relief candi. Lain
waktu saya akan menyaksikannya jika kembali ke Candi Prambanan.
Teks & Foto: Riman Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar