DI PUNCAK
BUKIT PAHODA
Ini Pahoda, bukan Pagoda. Jadi tidak ada Pagoda di
bukit ini. Kemanapun mata memandang, hijaunya alam dan bukit-bukit serta Danau
Toba yang terhampar luas adalah hasilnya. Bukit Pahoda menjadi salah satu
tempat yang ‘sentimentil’ bagi para pelancong untuk menikmati keindahan Danau
Toba.
Menjelang pagi, saya bersama rombongan dari Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) diajak trekking ke Bukit Pahoda, di Desa Lumban Silintong. Kurang lebih 30
menit dari pusat Kota Balige, mobil memasuki jalan yang sempit tak beraspal dan
hanya bisa untuk satu mobil saja. Lumpur dan genangan air bekas turunnya hujan
semalam membuat perjalanan dalam mobil lebih menantang. Namun di tengah
perjalanan yang bisa dibilang agak menantang ini, kami disuguhi pemandangan
sawah dan rumah-rumah warga yang sederhana. Mata serasa dimanjakan oleh
pemandangan yang masih asri. Tak lama setelah itu, mobil pun diparkirkan di
tepian jalan.
Trekking pun
dimulai. Kami berjalan melalui jalan tanah. Buat yang suka off-road, baik itu dengan Jeep atau motor trail, trek ini bisa
dibilang pas banget. Kalau mobil biasa apalagi motor matic, jangan harap bisa melewati jalur ini. Apalagi saat kami
berjalan di jalur ini kondisinya becek, yang ada dipikiran saya “bakal asik
kalau kesini naik motor trail”. Tapi buat yang berjalan kaki jangan
berpikir jadi ga asik. Walaupun becek-becekan,
perjalanan tetap menyenangkan. Pemandangan sekitar yang hijau serta udara pagi
yang segar benar-benar dapat dinikmati dengan berjalan kaki. Jadi kalau
mengendarai Jeep atau motor trail
kita bisa menikmati sensasi dari trek
yang menantang, nah kalau berjalan kaki kita mendapat sensasi becek-becekan ditemani pemandangan yang
indah. Oh iya, buat yang berjalan kaki jangan lupa pakai sepatu.
Saat hendak mencapai puncak, saya mendapati pemandangan yang
cukup unik, banyak makam-makam besar dibangun disini. Menurut kepercayaan
penduduk, ini merupakan cara terbaik untuk menghormati setiap anggota keluarga
yang telah berpulang. Dan tidak hanya disini saja, hampir sepanjang jalan di
Tobasa banyak terlihat makam-makam keluarga.
Setelah kurang lebih setengah jam berjalan kaki, akhirnya
saya sampai di puncak Bukit Pahoda. Satu kata yang muncul : “Wow..”. Saya benar-benar terpesona akan
keindahan yang disajikan dari puncak Bukit Pahoda. Mungkin ini adalah salah
satu spot terbaik untuk menikmati keindahan Danau Toba. Tapi, sebelum
melanjutkan menikmati indahnya alam ini, saya mengambil sarapan dulu yang sudah
disediakan oleh Tim Jelajah Toba. Mie Gomak yang menjadi makanan khas daerah
Tobasa hadir melengkapi menu sarapan menemani nasi goreng, bubur kacang dan
juga kopi serta teh. Lengkap banget dah sarapan pagi sambil menikmati indahnya
alam di puncak Bukit Pahoda. Bagi yang ingin sarapan disini sebaiknya membawa
makanan sendiri karena tidak ada yang jualan di atas sini.
Bukit Dolok Tolong |
Ditemani secangkir kopi, saya pun mulai lebih memerhatikan
sekeliling. Langit yang biru serta sorotan sinar matahari menjadikan suasana
lebih nyaman. Di seberang Danau Toba tampak daratan yang cukup luas. Saya kira
itu Pulau Samosir, ternyata daratan tersebut masih termasuk daratan Tobasa yang
dikenal dengan nama Sigaol. Saat menoleh ke belakang, ada sebuah bukit yang
menjulang tinggi. Bukit yang tampak hijau karena pepohonan ini adalah Bukit
Dolok Tolong. Di puncak yang cukup lapang ini terlihat beberapa desa di
kecamatan Balige. Selain itu ada juga sebuah gereja yang berdiri kokoh di
pinggiran Danau Toba. Gereja ini menjadi salah satu view yang menonjol karena menjadi bangunan paling tinggi di
sekitarnya. Betah rasanya berada disini, mata menjadi segar ditambah udara pagi
serta sinar matahari yang menghangatkan badan.
Timothy Cafe Terapung |
Sekitar dua jam kami menghabiskan waktu di puncak Bukit
Pahoda ini. Nah saat turun, saya bersama beberapa teman lainnya mencoba jalan
yang berbeda. Memang jalan yang saya lalui lebih dekat, namun lebih menantang.
Jalannya lebih curam dan berbatu. Tapi buat yang suka trekking, jalur ini harus dicoba. Waktu yang ditempuh relatif lebih
cepat. Dari atas sudah terlihat jalan raya dan mobil yang sudah diparkir. Tidak
terasa, saya sudah sampai di tepi jalan.
Nah buat yang tidak membawa makanan jangan khawatir, di
sepanjang jalan di bawah Bukit Pahoda berjajar cafe-cafe. Mau makan atau hanya
sekedar minum saja juga bisa. Ada yang unik dari semua cafe yang ada disini,
namanya Timothy Cafe Terapung. Disini tempat makannya mengapung di atas Danau
Toba. Untuk jenis makanannya sebagian besar adalah ikan, mengingat Tobasa
adalah penghasil ikan. Memang tak dapat dipungkiri memandang hamparan Danau Toba
dari atas bukit ini menjadi momen yang sangat mengesankan. Artinya, suatu saat
nanti saya pasti akan kembali lagi.
How to Get
There:
Dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta naik pesawat Lion Air
transit di Batam dilanjutkan dengan pesawat Wings Air menuju Bandara Silangit.
Dari Silangit dapat menggunakan jasa travel menuju kota Balige atau dapat juga
langsung ke Bukit Pahoda sekitar 30 menit.
Teks &
foto: Riman Saputra N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar