Categories

Selasa, 17 Juni 2014

Bukit Pahoda


DI PUNCAK BUKIT PAHODA

Ini Pahoda, bukan Pagoda. Jadi tidak ada Pagoda di bukit ini. Kemanapun mata memandang, hijaunya alam dan bukit-bukit serta Danau Toba yang terhampar luas adalah hasilnya. Bukit Pahoda menjadi salah satu tempat yang ‘sentimentil’ bagi para pelancong untuk menikmati keindahan Danau Toba.




     Menjelang pagi, saya bersama rombongan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) diajak trekking ke Bukit Pahoda, di Desa Lumban Silintong. Kurang lebih 30 menit dari pusat Kota Balige, mobil memasuki jalan yang sempit tak beraspal dan hanya bisa untuk satu mobil saja. Lumpur dan genangan air bekas turunnya hujan semalam membuat perjalanan dalam mobil lebih menantang. Namun di tengah perjalanan yang bisa dibilang agak menantang ini, kami disuguhi pemandangan sawah dan rumah-rumah warga yang sederhana. Mata serasa dimanjakan oleh pemandangan yang masih asri. Tak lama setelah itu, mobil pun diparkirkan di tepian jalan.

     Trekking pun dimulai. Kami berjalan melalui jalan tanah. Buat yang suka off-road, baik itu dengan Jeep atau motor trail, trek ini bisa dibilang pas banget. Kalau mobil biasa apalagi motor matic, jangan harap bisa melewati jalur ini. Apalagi saat kami berjalan di jalur ini kondisinya becek, yang ada dipikiran saya “bakal asik kalau kesini naik motor trail”.  Tapi buat yang berjalan kaki jangan berpikir jadi ga asik. Walaupun becek-becekan, perjalanan tetap menyenangkan. Pemandangan sekitar yang hijau serta udara pagi yang segar benar-benar dapat dinikmati dengan berjalan kaki. Jadi kalau mengendarai Jeep atau motor trail kita bisa menikmati sensasi dari trek yang menantang, nah kalau berjalan kaki kita mendapat sensasi becek-becekan ditemani pemandangan yang indah. Oh iya, buat yang berjalan kaki jangan lupa pakai sepatu.

     Saat hendak mencapai puncak, saya mendapati pemandangan yang cukup unik, banyak makam-makam besar dibangun disini. Menurut kepercayaan penduduk, ini merupakan cara terbaik untuk menghormati setiap anggota keluarga yang telah berpulang. Dan tidak hanya disini saja, hampir sepanjang jalan di Tobasa banyak terlihat makam-makam keluarga.

     Setelah kurang lebih setengah jam berjalan kaki, akhirnya saya sampai di puncak Bukit Pahoda. Satu kata yang muncul : “Wow..”. Saya benar-benar terpesona akan keindahan yang disajikan dari puncak Bukit Pahoda. Mungkin ini adalah salah satu spot terbaik untuk menikmati keindahan Danau Toba. Tapi, sebelum melanjutkan menikmati indahnya alam ini, saya mengambil sarapan dulu yang sudah disediakan oleh Tim Jelajah Toba. Mie Gomak yang menjadi makanan khas daerah Tobasa hadir melengkapi menu sarapan menemani nasi goreng, bubur kacang dan juga kopi serta teh. Lengkap banget dah sarapan pagi sambil menikmati indahnya alam di puncak Bukit Pahoda. Bagi yang ingin sarapan disini sebaiknya membawa makanan sendiri karena tidak ada yang jualan di atas sini.

Bukit Dolok Tolong
     Ditemani secangkir kopi, saya pun mulai lebih memerhatikan sekeliling. Langit yang biru serta sorotan sinar matahari menjadikan suasana lebih nyaman. Di seberang Danau Toba tampak daratan yang cukup luas. Saya kira itu Pulau Samosir, ternyata daratan tersebut masih termasuk daratan Tobasa yang dikenal dengan nama Sigaol. Saat menoleh ke belakang, ada sebuah bukit yang menjulang tinggi. Bukit yang tampak hijau karena pepohonan ini adalah Bukit Dolok Tolong. Di puncak yang cukup lapang ini terlihat beberapa desa di kecamatan Balige. Selain itu ada juga sebuah gereja yang berdiri kokoh di pinggiran Danau Toba. Gereja ini menjadi salah satu view yang menonjol karena menjadi bangunan paling tinggi di sekitarnya. Betah rasanya berada disini, mata menjadi segar ditambah udara pagi serta sinar matahari yang menghangatkan badan.
Timothy Cafe Terapung

     Sekitar dua jam kami menghabiskan waktu di puncak Bukit Pahoda ini. Nah saat turun, saya bersama beberapa teman lainnya mencoba jalan yang berbeda. Memang jalan yang saya lalui lebih dekat, namun lebih menantang. Jalannya lebih curam dan berbatu. Tapi buat yang suka trekking, jalur ini harus dicoba. Waktu yang ditempuh relatif lebih cepat. Dari atas sudah terlihat jalan raya dan mobil yang sudah diparkir. Tidak terasa, saya sudah sampai di tepi jalan.

     Nah buat yang tidak membawa makanan jangan khawatir, di sepanjang jalan di bawah Bukit Pahoda berjajar cafe-cafe. Mau makan atau hanya sekedar minum saja juga bisa. Ada yang unik dari semua cafe yang ada disini, namanya Timothy Cafe Terapung. Disini tempat makannya mengapung di atas Danau Toba. Untuk jenis makanannya sebagian besar adalah ikan, mengingat Tobasa adalah penghasil ikan. Memang tak dapat dipungkiri memandang hamparan Danau Toba dari atas bukit ini menjadi momen yang sangat mengesankan. Artinya, suatu saat nanti saya pasti akan kembali lagi.


How to Get There:
Dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta naik pesawat Lion Air transit di Batam dilanjutkan dengan pesawat Wings Air menuju Bandara Silangit. Dari Silangit dapat menggunakan jasa travel menuju kota Balige atau dapat juga langsung ke Bukit Pahoda sekitar 30 menit.




Teks & foto: Riman Saputra N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar