Intip Pesona Bandung Selatan
Keindahan
yang disajikan Kawah Putih sangat memukau, wajar bila kawasan tersebut sering dijadikan sebagai
tempat pengambilan gambar film lokal dan internasional, salah satunya berjudul Heart dan The Butterfly.
Kalau di Bandung Utara ada Kawah Ratu yang
berada di Gunung Tangkuban Perahu, sementara di Bandung Selatan ada Kawah Putih berada di
kawasan Gunung Patuha. Nah kali ini saya mencoba menjelajahi daerah Bandung Selatan, Jawa Barat, tepatnya daerah Ciwidey.
Lamanya perjalanan dari Ciwidey sekitar 20
sampai 30 menit menuju gerbang masuk objek wisata Kawah Putih, dan pengunjung disarankan menggunakan
kendaraan buat menuju
Kawah Putih dari pintu masuk, dikarenakan jaraknya cukup jauh dan menanjak, sekitar 5 Kilometer
atau sekitar 10-15 menit dengan berkendara.
Perjalanan yang dilalui tidak membosankan. Sebab di sepanjang perjalanan, banyak perkebunan stroberi yang menyegarkan mata. Selain itu, hutan cagar alam disertai pohon-pohon besar nan rimbun memberikan ketenangan tersendiri.
Setelah melewati hutan cagar alam, tak lama kemudian sampai di gerbang bawah tempat wisata. Di sana sudah tersedia lapangan parkir yang bersebelahan dengan gerbang tiket masuk. Area parkir dikelilingi penjual makanan dan pernik-pernik seperti baju, topi, dan kacamata. Kalau belum sarapan, lebih baik sarapan dahulu di sini, sebab di atas tidak ada penjual makanan.
Mistik Seputar Kawah Putih
Tahun
1837 seorang ilmuwan asal Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghun membantahnya. Ia
melakukan penelitian, dan menemukan fakta bahwa burung mati saat melintasi
kawasan tersebut tidak lain dikarenakan adanya semburan lava belerang.
Karena
kandungan belerang di Kawah Putih sangat tinggi, pada zaman pemerintahan
Belanda, sempat dibangun pabrik
belerang yang diberi nama Zwavel Ontgining Kawah Putih. Kemudian usaha tersebut
dilanjutkan pemerintahan Jepang, dan mengganti namanya menjadi Kawah Putih
Kenzanka Gokoya Ciwidey.
Danau Kawah Putih memiliki ciri khas dan
keunikan,
di mana air
kawah
bisa berubah warna, seperti hijau apel, kebiru-biruan bila cuaca terang terkena
pantulan matahari, coklat susu. Namun paling sering terlihat airnya berwarna putih, disertai kabut tebal di atasnya.
Penjaja Masker
Berhubungan kadar lava belerang di Kawah Putih cukup tinggi. Pengunjung
dianjurkan menggunakan maskes yang berfungsi melindungi paru-paru dari asap
belerang. Petugas pun selalu mengingatkan pengunjung agar selalu mengenakan masker.
Di sepanjang tangga menuju
kawah,
banyak ditemui penjual masker. Selain dianjurkan menggunakan masker – pengunjung tidak diperkenankan berenang, mandi, dan makan di area tersebut. Kadang terdengar pemberitahuan supaya tidak berada terlalu dekat dengan kawah dalam jangka waktu yang lama.
Pengunjung hanya punya waktu 15 menit barada di pusat kawah.Tujuannya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jika nafas sudah mulai terasa sesak, mual dan pusing. Tandanya sudah terlalu banyak menghirup asap beracun yang berasal dari belerang. Sebaik lekas meninggalkan tinggalkan lokasi,
kalau tidak mau jatuh pingsan.
Sambil menuruni tangga, hamparan tanah putih mengelilingi danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha mulai terlihat. Kawah yang berada pada ketinggian sekitar 2.400 meter di atas permukaan laut ini memiliki hawa yang sejuk. Kadang kabut turun menghiasi kawah.
Saya beruntung, karena datang saat cuaca cerah. Keanggunan Kawah Putih jelas terlihat, tanah putih nan mengepung danau memantulkan sinar matahari, terlihat begitu bersih. Seluas pandangan mata, dapat melihat dinding kepundan yang berdiri megah di sekeliling kawah. Pohon-pohon khas puncak gunung berapi pun terlihat di sejumlah titik. Pohon-pohon sering tersebut terlihat hanya menyisakan cabang dan ranting. Meski kering, pohon-pohon itu tetap berdiri tegak – menjadi daya tarik tersendiri.
Naik Ontang-anting
Dari pintu gerbang Kawah Putih menuju lokasi kawah berjarak 5 km dengan jalan menanjak dan berkelok-kelok. Di sini bisa memilih, mau menggunakan kendaraan pribadi atau tidak. Jika menggunakan mobil pribadi dikenakan biaya Rp 150. Tentunya akan terasa mahal kalau hanya berisi beberapa orang saja.
Ada alternatif lain selain membawa kendaraan pribadi kelokasi, yaitu naik angkot bernama ontang-anting yang siap mengantar pengunjung dari pintu gerbang menuju puncak kawah, ongkosnya pun murah Rp 10.000 per orang. Ontang-anting merupakan mobil terbuka
alias tanpa jendela. Nama ontang-anting diambil dari bahasa Sunda yang artinya mondar-mandir.
Jalan menuju ke atas terbilang sempit dan sedikit berliku, tapi jalannya
sudah mulus. Jadi tidak usah takut dan khawatir, sebab supirnya sudah cukup
profesional dan mengenal medan. Cukup menarik naik ontang-anting, karena bisa melihat pemandangan secara
bebas. Hutan yang berada di sepanjang jalan menuju kawah menjadi pemandangan
yang sulit dilupakan.
Teks & Foto: Riman Saputra N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar