Categories

Rabu, 18 Juni 2014

Kawah Putih


Intip Pesona Bandung Selatan

Keindahan yang disajikan Kawah Putih sangat memukau, wajar bila kawasan tersebut sering dijadikan sebagai tempat pengambilan gambar film lokal dan internasional, salah satunya berjudul Heart dan The Butterfly.



     Kalau di Bandung Utara ada Kawah Ratu yang berada di Gunung Tangkuban Perahu, sementara di Bandung Selatan ada Kawah Putih berada di kawasan Gunung Patuha. Nah kali ini saya mencoba menjelajahi daerah Bandung Selatan, Jawa Barat, tepatnya daerah Ciwidey.



   Sekitar 48 km dari pusat Kota Bandung, kurang lebih satu setengah jam perjalanan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Kawah Putih. Bila dari Jakarta melewati tol Cipularang, menuju pintu keluar tol Kopo, lalu dilanjutkan ke Soreang ke arah selatan Kota Ciwidey.

     Lamanya perjalanan dari Ciwidey sekitar 20 sampai 30 menit menuju gerbang masuk objek wisata Kawah Putih, dan pengunjung disarankan menggunakan kendaraan buat menuju Kawah Putih dari pintu masuk, dikarenakan jaraknya  cukup jauh dan menanjak, sekitar 5 Kilometer atau sekitar 10-15 menit dengan berkendara.

     Perjalanan yang dilalui tidak membosankan. Sebab di sepanjang perjalanan, banyak perkebunan stroberi yang menyegarkan mata. Selain itu, hutan cagar alam disertai pohon-pohon besar nan rimbun memberikan ketenangan tersendiri.

     Setelah melewati hutan cagar alam, tak lama kemudian sampai di gerbang bawah tempat wisata.  Di sana sudah tersedia lapangan parkir yang bersebelahan dengan gerbang tiket masuk. Area parkir dikelilingi penjual makanan dan pernik-pernik seperti baju, topi, dan kacamata. Kalau belum sarapan, lebih baik sarapan dahulu di sini, sebab di atas tidak ada penjual makanan.

Mistik Seputar Kawah Putih

      Banyak cerita menarik seputar keberadaan Kawah Putih. Terumata cerita yang berkaitan dengan mistik. Dahulu, sebelum Kawah Putih dibuka buat umum, masyarakat setempat percaya bahwa Kawah Putih menyimpan misteri dan angker, karena banyaknya burung mati saat melintasi Kawah Putih.

     Tahun 1837 seorang ilmuwan asal Jerman, Dr. Franz Wilhelm Junghun membantahnya. Ia melakukan penelitian, dan menemukan fakta bahwa burung mati saat melintasi kawasan tersebut tidak lain dikarenakan adanya semburan lava belerang.

     Karena kandungan belerang di Kawah Putih sangat tinggi, pada zaman pemerintahan Belanda,  sempat dibangun pabrik belerang yang diberi nama Zwavel Ontgining Kawah Putih. Kemudian usaha tersebut dilanjutkan pemerintahan Jepang, dan mengganti namanya menjadi Kawah Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey.

     Danau Kawah Putih memiliki ciri khas dan keunikan, di mana air kawah bisa berubah warna, seperti hijau apel, kebiru-biruan bila cuaca terang terkena pantulan matahari, coklat susu. Namun paling sering terlihat airnya berwarna putih, disertai kabut tebal di atasnya.

Penjaja Masker

     Berhubungan kadar lava belerang di Kawah Putih cukup tinggi. Pengunjung dianjurkan menggunakan maskes yang berfungsi melindungi paru-paru dari asap belerang. Petugas pun selalu  mengingatkan pengunjung agar selalu mengenakan masker.

     Di sepanjang tangga menuju kawah, banyak ditemui penjual masker. Selain dianjurkan menggunakan masker – pengunjung tidak diperkenankan berenang, mandi, dan makan di area tersebut. Kadang terdengar pemberitahuan supaya tidak berada terlalu dekat dengan kawah dalam jangka waktu yang lama.

    Pengunjung hanya punya waktu 15 menit barada di pusat kawah.Tujuannya supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.  Jika nafas sudah mulai terasa sesak, mual dan pusing. Tandanya sudah terlalu banyak menghirup asap beracun yang berasal dari belerang.  Sebaik lekas meninggalkan tinggalkan lokasi, kalau tidak mau jatuh pingsan.


    Sambil menuruni tangga, hamparan tanah putih mengelilingi danau yang terbentuk dari  letusan Gunung Patuha mulai terlihat. Kawah yang berada pada ketinggian sekitar 2.400 meter di atas permukaan laut ini memiliki hawa yang sejuk. Kadang kabut turun menghiasi kawah.

     Saya beruntung, karena datang saat cuaca cerah. Keanggunan Kawah Putih jelas terlihat, tanah putih nan mengepung danau memantulkan sinar matahari, terlihat begitu bersih. Seluas pandangan mata, dapat melihat dinding kepundan yang berdiri megah di sekeliling kawah. Pohon-pohon khas puncak gunung berapi pun terlihat di sejumlah titik. Pohon-pohon sering tersebut terlihat hanya menyisakan cabang dan ranting. Meski kering, pohon-pohon itu tetap berdiri tegak – menjadi daya tarik tersendiri.

Naik Ontang-anting


     Dari pintu gerbang Kawah Putih menuju lokasi kawah berjarak 5 km dengan jalan menanjak dan berkelok-kelok. Di sini bisa memilih, mau menggunakan kendaraan pribadi atau tidak. Jika menggunakan mobil pribadi dikenakan biaya Rp 150. Tentunya akan terasa mahal kalau hanya berisi beberapa orang saja.

     Ada alternatif lain selain membawa kendaraan pribadi kelokasi, yaitu  naik angkot bernama ontang-anting yang siap mengantar pengunjung dari pintu gerbang menuju puncak kawah,  ongkosnya pun murah Rp 10.000 per orang. Ontang-anting merupakan mobil terbuka alias tanpa jendela. Nama ontang-anting diambil dari bahasa Sunda yang artinya mondar-mandir.

     Jalan menuju ke atas terbilang sempit dan sedikit berliku, tapi jalannya sudah mulus. Jadi tidak usah takut dan khawatir, sebab supirnya sudah cukup profesional dan mengenal medan. Cukup menarik naik ontang-anting, karena bisa melihat pemandangan secara bebas. Hutan yang berada di sepanjang jalan menuju kawah menjadi pemandangan yang sulit dilupakan.

Teks & Foto: Riman Saputra N






Tidak ada komentar:

Posting Komentar