GEREJA
KAYU TERTUA DI BALIGE
Sebuah gereja yang dibangun dari kayu-kayu tua
berdiri kokoh di Jalan Gereja, Balige. Di gereja ini pula pasangan selebriti
Judika dan Duma Riris melangsungkan pemberkatannya.
Gereja utama dan yang tertua di Balige |
Balige adalah kecamatan sekaligus ibukota dari Kabupaten
Toba Samosir, Sumatera Utara. Di kota ini lah Gereja Huria Kristen Batak
Protestan (HKBP) Balige berdiri. Gereja yang diresmikan pada tahun 1881 ini
masih tetap kokoh dengan konstruksi kayunya. Pada 1923 HKBP Balige sempat
direnovasi, namun hanya penggantian lantai dan kursi-kursinya saja, sementara
konstruksi utamanya masih tetap. Kali ini, saya bersama rombongan dari
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendapat kesempatan
untuk mengunjungi gereja tertua yang ada di Balige ini.
Gereja Ina |
Mobil pun berhenti di depan sebuah lapangan yang luas. Saat
keluar terlihat anak-anak sedang bermain di lapangan dan tampak dua buah
bangunan tinggi yang cantik. Dengan adanya bentuk salib sudah jelas bahwa kedua
bangunan tersebut adalah gereja, HKBP Balige tepatnya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa ada dua
buah gereja namun namanya sama.
Gereja yang pertama merupakan gereja utama. Ukurannya lebih
besar dan berwarna putih. Inilah gereja tertua yang ada di Balige, tampak sangat
megah dan klasik. Nah gereja yang satunya juga bisa dibilang unik dan jarang
dijumpai. Gereja yang dibangun pada 1954 ini disebut Gereja Ina. Gereja
berwarna coklat yang ukurannya tidak terlalu besar ini diperuntukkan bagi
ibu-ibu menyusui dan membawa anak kecil. Tujuannya agar tidak mengganggu
jalannya kebaktian/ ibadah. Di gereja ini juga dipimpin oleh pendeta, namun
pendetanya adalah wanita.
Setelah melihat-lihat dari luar, saya pun masuk ke dalam
gereja utama. Di pintu masuk ada dua lukisan yang dipajang. Lukisan yang satu
adalah Ingwer Ludwig Nommensen, pendiri HKBP di tengah-tengah suku Batak Toba.
Sementara lukisan satunya adalah misionaris asal Jerman yang menyebarkan agama
Kristen pertama kali di Balige, Bilgram.
Saat berada di dalam, deretan bangku kayu memenuhi ruangan.
Di sebelah kiri dan kanan terdapat tangga bagi yang ingin mengikuti kebaktian
di lantai atas. Tangga-tangganya pun terbuat dari kayu yang terlihat usianya
sudah tua namun tetap kokoh. Deretan lampu-lampu klasik tergantung di atas.
Dari dalam sini terlihat lebih jelas bahwa gereja ini benar-benar tersusun dari
kayu-kayu yang sudah tua.
Bagian dalam gereja |
Di depan, mimbar tempat pendeta berkhotbah tampak begitu
indah. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela menyinari sebuah salib yang
berukuran cukup besar beserta ruangannya. Suasana religius pun begitu terasa di
dalam gereja ini.
Setelah keluar dari dalam gereja, tepat sebelum jalan raya
terdapat sebuah gerbang bertuliskan ‘mulak
ma hamu dibagasan dame dohot las ni roha’ yang dapat diartikan secara umum seperti
ini ‘setelah selesai mengikuti kebaktian di gereja, pulanglah dengan damai di
bawah lindungan Yesus Kristus’.
HKBP Balige |
Lukisan Ingwer Ludwig Nommensen, pendiri HKBP, dan Bilgram, misionaris yang menyebarkan agama Kristen pertama kali di Balige. |
Interior HKBP Balige |
Teks & foto: Riman Saputra N
Tidak ada komentar:
Posting Komentar